
terlebih-lebih kecintaannya terhadap negara tak perlu diragukan lagi. Namun sayang beliau tidak ditempatkan pada kedudukan penting oleh raja Chu, ditambah lagi dengan pemboikotan dan pemfitnahan dari pejabat berpengaruh saat itu: Le Shang dan komplotannya, sehingga karir politiknya jadi kacau dan sempat dibuang sebanyak 2 kali.
Pertama kali dibuang, disebabkan oleh karena Le Shang merasa iri dengan kemampuan Qu Yuan dan sikap kepeduliannya terhadap urusan negara, oleh karena itu sering menjelek-jelekkan Qu Yuan di hadapan raja Chu (Chu Huai Wang), mengatakan Qu Yuan bersikap congkak hanya karena bisa sering berdiskusi urusan politik dengan raja Chu dan
Itu adalah pertama kali dalam hidupnya Qu  Yuan  dibuang. Meskipun beliau dibuang, tetapi hatinya masih tertambat  dengan  urusan negara. Ketika beliau mendengar bahwa negara Qin  berencana  mengumpan raja Chu dengan seorang wanita cantik yang akan  membunuhnya,  dengan segera beliau kembali ke negara Chu dan berupaya  menasehati /  memperingatkan raja Chu. Namun Chu Huai Wang sama sekali  tidak mau  mendengar omongannya, terpaksa beliau meninggalkannya.  Ternyata benar,  tidak lama kemudian, raja Chu telah terbunuh oleh  konspirasi negara Qin.  Bisa dibayangkan bagaimana kala itu perasaan Qu  Yuan.
Pembuangan kedua kalinya adalah karena raja baru Chu (Qin Xiang Wang) naik tahta, Qu Yuan lagi-lagi menjadi korban kejahatan komplotan Le Shang dengan menyebar gossip dan memfitnah Qu Yuan, akhirnya sekali lagi Qu Yuan diusir keluar dari negerinya. Kali ini beliau tiba di Jiang Nan (wilayah selatan dari sungai Yangtse), dengan wajah murung karena tidak tega melihat negara terancam ambruk, namun juga merasa tidak mampu membalas budi kepada negara, maka dengan rasa putus asa sembari memeluk batu besar beliau terjun dan tewas di sungai Mi Luo.
Pada hari itu tepat  adalah tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan tahun Imlek.
Konon  setelah Qu  Yuan terjun ke dalam sungai, rakyat negara Chu sangat  berduka dan  berbondong-bondong menuju ke sungai Mi Luo untuk melayat Qu  Yuan. Para  nelayan hilir mudik berupaya mengentas jenazahnya.  Ditemukanlah satu ide  bahwa di tempat dimana Qu Yuan meloncat ke dalam  sungai Mi Luo  dilemparkan banyak bakcang. 
Mereka percaya apabila setelah kenyang   memakan bacang-bacang tersebut, ikan dan udang tidak bakal mengganggu   jenazah Qu Yuan lagi. Selain itu ada juga orang yang pada hari tersebut   mengadakan kegiatan mendayung perahu naga sebagai perlambang pencarian   dan pertolongan kepada Qu Yuan. Malah ada sebagian orang lagi yang   menuangkan arak Xiong Huang ke dalam sungai dengan keyakinan agar naga   yang berada di dasar sungai mabuk duluan sehingga tidak mengganggu Qu   Yuan. Berbagai macam cara yang menandakan rasa cinta dan hormat rakyat   negara Chu dan para generasi penerus kepada Qu Yuan. 
Qu Yuan didalam karirnya walau tidak sesuai harapan, namun di dalam karya kesusasteraannya sangat disegani.
Li   Sao Meninggalkan Kegalauan adalah hasil karya Qu Yuan pada saat   pembuangan pertamanya, puisi tersebut berjumlah total 373 baris dan 2400   lebih aksara. Di dalam Li Sao, Qu Yuan mengekspresikan tuntas seluruh   perasaannya, menunjuk keblingeran penguasa negara di dalam realitas   kehidupan sehari-hari dan kebobrokan para birokrat dan lain lain; di   dalam Li Sao melalui sejumlah besar kisah dongeng dan mitos serta cara   penulisan yang hiperbola namun berani, telah menyampaikan kegundahan dan   rasa cintanya terhadap negara dan rakyat. Generasi penerus mengakui Li   Sao sebagai hasil karya unggulannya. 
Mungkin karena mirip dalam situasinya kala itu dan barangkali juga adalah karena saling mengagumi antar sesama patriot, penilaian Shima Quan (pakar sejarah zaman Sam Kok, tahun 200an Masehi) terhadap Qu Yuan cukup tinggi. Tidak cukup hanya mewartakannya di dalam Shi Ji Catatan Sejarah, namun juga perlu mencambuk diri sendiri dengan semangat [Qu Yuan dibuang, Li Sao anugerahnya], dalam penyelesaian karya raksasanya Shi Ji / Catatan Sejarah. Walaupun Qu Yuan dengan kematiannya tidak mampu mengubah sejarah negara Chu, akan tetapi dengan kematiannya yang menerangi tekad dan kesetiaannya yang tulus dan teguh terhadap negara telah meninggalkan ingatan yang mendalam bagi generasi penerus.
